16513086 Luminto
16513362 Fauzan Naufal R
16513050 Bagas
16513350 Kevin Ekaputra Yohar
·
Pendahuluan
ü Latar
Belakang
Permasalahan
sampah di kota besar masih menjadi bahan diskusi untuk pemecahan mencapai
solusi sampai saat ini. Begitu juga dengan permasalahan sampah di Kota Bandung
khususnya yang terletak di daerah Sekeloa Kecamatan Dago. Permasalahan utama
sampah di daerah ini terletak pada daerah sungai yang kumuh. Pemukiman penduduk
yang sangat padat, banyaknya pertokoan dan jumlah tempat sampah yang terbatas
membuat banyaknya masalah lain muncul. Hal ini menyebabkan warna air berubah
dan menyebarkan bau yang busuk menyengat.
ü Perumusan
Masalah
§ Apa
penyebab sampah bisa menumpuk di sungai Sekeloa?
§ Darimana
sumber sampah yang ada di sungai Sekeloa?
§ Apa
saja akibat sampah menumpuk pada sungai Sekeloa?
§ Bagaimana
menanggulangi akibat dari penumpukan sampah di sungai Sekeloa?
ü Tujuan
Tujuan
penelitian ini adalah pencapaian solusi untuk mengembalikan fungsi sungai sebagai saluran air yang bebas dari sampah.
·
Pengumpulan Data
ü Metoda
pengambilan data
Dalam metode pengambilan data
menggunakan metode observasi lapangan dan penggunaan asumsi dengan berdasar pengetahuan yang ada serta tambahan referensi internet
ü Alat
yang digunakan untuk pengambilan data
§ Kamera
§ Alat
Tulis
ü Identifikasi
kendala
Kendala dalam penelitian ini mencakup
keterbatasan durasi pengambilan data, jumlah responden yang sedikit serta
keterbatasan alat untuk meneliti keadaan sungai secara ilmiah. Kendala-kendala
tersebut menyebabkan data masih belum cukup objektif.
·
Analisa
ü Metoda
dalam mencapai tujuan
Need
:
Pemecahan masalah limbah sampah di sungai
Pemecahan masalah limbah sampah di sungai
Know
:
Dari sampah di sunga Sekeloa diuraikan :
limbah rumah tangga , limbah pabrik , limbah padat, limbah cairan
Penyebab penumpukan sampah dari hasil observasi:
pembuangan sampah secara sembarangan di sungai karena ketidaksadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan, tidak adanya perhatian pemerintah tentang masalah lingkungan, dan tidak adanya pengolahan dan sistem bank sampah di daerah sekeloa.
Akibat dari sampah di sungai Sekeloa yang bisa diamati secara langsung:
penyumbatan saluran air, lingkungan yang tidak higinis , pembersihan sampah pada sungai yang tidak pernah dilakukan , sampah anorganik yang susah diurai yang menyebabkan air sungai menjadi kotor dan mengeluarkan bau busuk.
Dari sampah di sunga Sekeloa diuraikan :
limbah rumah tangga , limbah pabrik , limbah padat, limbah cairan
Penyebab penumpukan sampah dari hasil observasi:
pembuangan sampah secara sembarangan di sungai karena ketidaksadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan, tidak adanya perhatian pemerintah tentang masalah lingkungan, dan tidak adanya pengolahan dan sistem bank sampah di daerah sekeloa.
Akibat dari sampah di sungai Sekeloa yang bisa diamati secara langsung:
penyumbatan saluran air, lingkungan yang tidak higinis , pembersihan sampah pada sungai yang tidak pernah dilakukan , sampah anorganik yang susah diurai yang menyebabkan air sungai menjadi kotor dan mengeluarkan bau busuk.
How
:
Dalam metode ini kita menguraikan penyebab dari masalah. Dari penyebab kita menguraikan lagi dengan menggunakan beberapa asumsi yang didasarkan observasi lapangan. Dari asumsi tersebut dilakukan penguraian solusi yang bisa dilakukan
Dalam metode ini kita menguraikan penyebab dari masalah. Dari penyebab kita menguraikan lagi dengan menggunakan beberapa asumsi yang didasarkan observasi lapangan. Dari asumsi tersebut dilakukan penguraian solusi yang bisa dilakukan
Solve
:
Jika kita mengasumsikan jumlah keluarga di daerah sekitar sungai tersebut adalah 50 keluarga, dan juga diasumsikan ada 1 toko untuk setiap 10 keluarga, sedangkan diasumsikan sampah yang dihasilkan setiap keluarga adalah 5 kg sedangkan toko 15 kg setiap minggunya dan 10 % dari jumlah sampah-sampah itu terbuang ke sungai. Maka setiap minggunya sampah yang terbuang di sungai sekeloa 100 kg/minggu.
Dengan 100 kg sampah/minggu diasumsikan 25% adalah organik. Sehingga 75 kg sampah adalah sampah anorganik. Dengan angka ini kita bisa menggunakan metode daur ulang, namun daur ulang tidak bisa diaplikasikan pada semua jenis sampah anorganik. Kita asumsikan hanya 40% yang bisa didaur ulang. Sehingga masih tersisa 45 kg sampah anorganik. Sehingga perlu pencarian solusi yang lebih alternatif lagi.
Selain menggunakan asumsi penghitungan. Penyebab awal dari sampah itu sendiri adalah kurangnya kesadaran masyarakat. Oleh karena itu sosialisasi untuk tidak membuang sampah sembarangan perlu dilakukan. Dengan adanya sosialisai tentang sampah diharapkan warga sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan. Dengan kesadaran masyarakat hal yang bisa memaksimalkan solusi pembuangan di sungai adalah penambahan tempat sampah , pengadaan sistem bank sampah (individu mengumpulkan sampah yang selanjutnya diberikan ke “bank” untuk diproses/diolah menjadi barang yang bernilai / berharga untuk kemudian diberikan sebagian keuntungannya kepada individu tersebut) , Hal lain yang juga bisa dilakukan adalah penggunaan sistem 3R (Reduce , Reuse , Recycle). Dengan adanya sosialisasi dan program ini diharapkan sampah berkurang sampai 90% dari jumlah 45 kg.
Selain itu aspek yang terhubung pada daerah sekeloa juga dari pemerintah daerah. Seharusnya pemerintah juga harus lebih aktif dalam menanggulangi masalah sampah. Hal yang bisa dilakukan pemerintah adalah melakukan sosialisai sampah dengan format yang bisa masuk dalam pengetahuan masyarakat. Selain pendekatan dengan cara sosialisasi pemerintah harusnya lebih memperhatikan masalah terkait sampah melalui sisi hukum, salah satunya dengan pengadaan perda tentang sampah yang bisa mencakup peraturan tentang pelarangan keras pembuangan sampah di tempat umum dan penghimbauan yang harus lebih sering dilakukan terkait kesejahteraan masyarakat yang diindikasikan oleh kenyamanan yang didapatkan dari lingkungan yang bersih. Diharapkan dari kerjasama masyarakat yang ada bisa didapatkan tingkat pembuangan samapah di sungai sekeloa menjadi 0 kg/minggu.
Jika kita mengasumsikan jumlah keluarga di daerah sekitar sungai tersebut adalah 50 keluarga, dan juga diasumsikan ada 1 toko untuk setiap 10 keluarga, sedangkan diasumsikan sampah yang dihasilkan setiap keluarga adalah 5 kg sedangkan toko 15 kg setiap minggunya dan 10 % dari jumlah sampah-sampah itu terbuang ke sungai. Maka setiap minggunya sampah yang terbuang di sungai sekeloa 100 kg/minggu.
Dengan 100 kg sampah/minggu diasumsikan 25% adalah organik. Sehingga 75 kg sampah adalah sampah anorganik. Dengan angka ini kita bisa menggunakan metode daur ulang, namun daur ulang tidak bisa diaplikasikan pada semua jenis sampah anorganik. Kita asumsikan hanya 40% yang bisa didaur ulang. Sehingga masih tersisa 45 kg sampah anorganik. Sehingga perlu pencarian solusi yang lebih alternatif lagi.
Selain menggunakan asumsi penghitungan. Penyebab awal dari sampah itu sendiri adalah kurangnya kesadaran masyarakat. Oleh karena itu sosialisasi untuk tidak membuang sampah sembarangan perlu dilakukan. Dengan adanya sosialisai tentang sampah diharapkan warga sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan. Dengan kesadaran masyarakat hal yang bisa memaksimalkan solusi pembuangan di sungai adalah penambahan tempat sampah , pengadaan sistem bank sampah (individu mengumpulkan sampah yang selanjutnya diberikan ke “bank” untuk diproses/diolah menjadi barang yang bernilai / berharga untuk kemudian diberikan sebagian keuntungannya kepada individu tersebut) , Hal lain yang juga bisa dilakukan adalah penggunaan sistem 3R (Reduce , Reuse , Recycle). Dengan adanya sosialisasi dan program ini diharapkan sampah berkurang sampai 90% dari jumlah 45 kg.
Selain itu aspek yang terhubung pada daerah sekeloa juga dari pemerintah daerah. Seharusnya pemerintah juga harus lebih aktif dalam menanggulangi masalah sampah. Hal yang bisa dilakukan pemerintah adalah melakukan sosialisai sampah dengan format yang bisa masuk dalam pengetahuan masyarakat. Selain pendekatan dengan cara sosialisasi pemerintah harusnya lebih memperhatikan masalah terkait sampah melalui sisi hukum, salah satunya dengan pengadaan perda tentang sampah yang bisa mencakup peraturan tentang pelarangan keras pembuangan sampah di tempat umum dan penghimbauan yang harus lebih sering dilakukan terkait kesejahteraan masyarakat yang diindikasikan oleh kenyamanan yang didapatkan dari lingkungan yang bersih. Diharapkan dari kerjasama masyarakat yang ada bisa didapatkan tingkat pembuangan samapah di sungai sekeloa menjadi 0 kg/minggu.
ü Solusi
alternatif
Sampah merupakan produk hasil dari lingkungan yang tidak
memiliki mamfaat untuk lingkungan. Bahkan bila dibiarkan lebih lanjut masa
seiring waktu dapat memberikan kerugian bagi lingkungan itu sendiri.
Secara umum sampah digolongkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh lingkungan. Sedangkan sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan oleh lingkungan.
Kawasan padat penduduk di kota- kota besar jauh lebih aktif mengasilkan sampah. Sampah di kota besar seperti Pekanbaru sering kali menimbulkan masalah terutama konflik antara warga penghuni kawasan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dengan pemerintah kota. Timbulnya permasalahan sampah memunculkan suatu pemikiran kreatif untuk memberikan solusi mengatasi masalah sampah.
Cara pertama dari pemamfaatan sampah adalah memisahkan sampah organik dan sampah anorganik. Dimana masing- masing sampah memiliki proses tersendiri dalam pemamfaatannya. Sampah anorganik dimamfaatkan melalui program bank sampah. Sedangkan sampah organik dimamfaatkan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTs).
Keberhasilan program bank sampah ini disinyalir akan diikuti oleh pembangunan bank sampah lainnya di kota- kota besar indonesia. Bank sampah menerapkan prinsip 3R yakni Reuse, Reduce dan Recycle. Reuse berarti menjadikan barang yang tidak bermanfaat menjadi barang yang bermanfaat. Reduce, mengurangi sampah, contohnya kalau ibu-ibu yang mau belanja lebih baik bawa tas dari rumah, jadi kalau belanja tidak lagi pakai tas plastik. Dan Recycle berarti mendaur ulang sampah menjadi produk yang bernilai ekonomi.
Pembangkit listrik tenaga sampah memamfaatkan sampah- sampah organik untuk di fermentasikan menjadi Bio-Gas seperti Metana (CH4) 50-70 persen dan carbon dioksida (CO2) 50-30 persen, dan pupuk organik (dalam bentuk padat maupun cair).
- Kesimpulan
Dalam mencapai tujuan untuk menanggulangi masalah sampah di Sungai Sekeloa bisa dilakukan dengan pengolahan sampah dan peningkatan sosialisasi tentang kesadaran masyarakat akan sampah. Namun penanggulangan ini bisa mencapai tujuan secara maksimal jika semua pihak turut aktif dalam permasalahan sampah seperti pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri.
No comments:
Post a Comment